Wednesday, February 6, 2008

 

The Source of Motivation

Baru-baru ini saya bertemu dengan seorang kawan yang mengajukan
pertanyaan, "Saya telah membaca banyak buku pengembangan diri,
mendengar banyak kaset/CD motivasi, menghadiri berbagai seminar
motivasi dan pengembangan diri, namun mengapa sampai saat ini saya
masih belum sukses? Mengapa saat mengikuti seminar motivasi, saat
masih di ruang seminar, saya sangat bersemangat dan termotivasi,
namun setelah pulang ke rumah, motivasi saya hilang ?, "Apa ada yang
salah dengan diri saya?".

Cukup sulit bagi saya untuk bisa memberikan jawaban langsung. Kawan
saya ini termasuk maniak buku. Buku-buku yang dia baca juga bukan
buku sembarangan. Sebut saja nama penulis terkenal seperti Zig
Ziglar, Erich Fromm, Maslow, Carl Rogers, Victor Frankl, William
Glasser, Kiyosaki, Anthony Robbins, Maxwell Maltz, Stephen Covey,
Dale Carnigie, Michael Hutchinson, Goleman, Martin Seligman, Bandler
dan Grinder, Milton Erickson, dan sederet nama besar lainnya. Seminar
yang ia datangi juga seminar-seminar mahal tidak hanya di dalam
negeri, tapi juga di luar negeri.

Setelah minta waktu untuk berpikir, saya akhirnya mengajukan
pertanyaan yang berhasil menemukan sumber masalahnya, "Apa yang
paling penting bagi hidup anda?". Mendengar pertanyaan ini kawan saya
menjawab, "Ah, pertanyaan ini sudah sering ditanyakan pada saya. Dan
saya sudah tahu jawabannya". "Kalau begitu, apa jawaban anda untuk
pertanyaan ini ?', kejar saya lagi. "Saya ingin sukses", jawab kawan
saya singkat dan sedikit jengkel. Mungkin ia merasa bahwa pertanyaan
saya ini terlalu sederhana bagi seseorang yang telah "kenyang" dengan
hal-hal yang berhubungan dengan pengembangan diri. "Mengapa sukses
penting bagi diri anda ?", tanya saya lagi. "Ya, pokoknya saya mau
sukses. Semua orang mau sukses. Siapa yang mau hidup susah !", jawab
kawan saya lagi.

Mendengar jawaban ini, saya langsung tahu mengapa ia sampai sekarang
belum sukses. Saat ia menjawab bahwa ia ingin sukses, saya masih
belum puas. Saat ia menjawab pertanyaan kedua, "Mengapa sukses
penting bagi diri anda ?", saya langsung tahu sumber masalahnya.
Mengapa saya bisa tahu ? Karena ia tidak bisa memberikan alasan yang
jelas mengapa ia ingin sukses. Bila ia tidak punya alasan yang kuat
untuk sukses maka pikiran bawah sadarnya mengartikan sukses sebagai
sesuatu yang tidak penting, tidak mendesak, dan tidak perlu dicapai.

Saat saya menjelaskan hal ini pada kawan saya ini, ia langsung
protes, "Ah, itu nggak mungkin. Sukses itu sangat penting bagi saya.
Masa saya nggak mau sukses". Namun saat saya menunjukkan bahwa ia
tidak bisa memberikan alasan yang jelas mengapa sukses penting bagi
dirinya, ia langsung diam dan sedikit kaget. Hal berikut ini adalah
apa yang saya jelaskan padanya.

Kita bisa sukses, di bidang apa saja, bila sukses adalah hal yang
penting bagi diri kita. Hal ini dibuktikan dengan adanya alasan yang
kuat, dengan muatan emosi yang tinggi, untuk bisa mencapai
keberhasilan. Bila sesuatu menjadi penting bagi diri kita maka
sesuatu itu akan bernilai dan berharga untuk dicapai. Hal ini yang
dinamakan value. Semakin tinggi "nilai" atau value sesuatu hal maka
kita akan semakin bersemangat dan fokus untuk bisa mencapainya.
Demikian juga sebaliknya. Bila sesuatu itu tidak penting bagi diri
kita maka kita tidak akan mau bersusah payah mencapainya. Buat apa
mengerjakan sesuatu yang menurut kita tidak penting, bukan ? Kecuali
kalau memang kita ini kengangguran atau kurang kerjaan.

Secara sederhana value dapat diartikan sebagai sesuatu yang kita
percayai sebagai hal yang penting bagi diri kita atau suatu emosi
yang kita pandang penting untuk kita alami atau kita hindari.

Value berperan sebagai filter yang beroperasi di bawah sadar yang
menentukan fokus kita dan bagaimana kita memanfaatkan waktu. Semakin
tinggi value sesuatu maka semakin banyak waktu yang kita luangkan
untuk melakukan hal tersebut.

Apakah value ini harga mati ? Tentu tidak. Value dapat berubah
sewaktu-waktu sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan diri kita.
Ada hal yang dulunya kita anggap penting, misalnya saat masih di SMA
atau saat kuliah, ternyata kini sudah tidak penting lagi bagi hidup
kita.

Value merupakan sumber motivasi. Saat saya menjelaskan hal ini pada
kawan saya, ia tampak bingung dan bertanya, "Maksudnya ?". Saya lalu
menunjukkan buku yang sedang saya baca. Buku ini judulnya
Abhiddhammatasangaha, tebalnya sekitar 550 halaman. Buku ini mengenai
manajemen pikiran dan berisi sangat banyak istilah dalam bahasa Pali.
Saya berkata, "Kalau anda saya minta untuk membaca buku ini, mau
nggak ?". Setelah melihat sekilas isi buku ia menjawab, "Ngapain baca
buku ini. Apa saya kurang kerjaan ?". "Persis !", jawab saya. "Apanya
yang persis ?", kejar kawan saya dengan penasaran. "Kalau saya kasih
uang Rp. 1 juta dan anda saya minta membaca buku ini dalam waktu 1
malam, mau nggak ?", tanya saya lagi. "Nggak mau !", jawabnya
singkat. "Kalau misalnya ada seseorang ingin memberi anda rumah mewah
dengan syarat anda harus membaca habis buku ini dalam satu malam,
kira-kira anda mau nggak ?", tanya saya lagi. "Wah, kalau ada hadiah
rumah tentu saya mau", jawab kawan saya dengan cepat.

Mengapa ia bisa berubah pikiran dari yang tadinya tidak mau akhirnya
menjadi mau ? Ini semua berhubungan dengan seberapa penting membaca
buku tersebut. Tadinya ia merasa tidak ada gunanya membaca buku.
Namun saat ia melihat reward yang bisa ia dapatkan, maka membaca buku
menjadi penting.

Alasan mengapa kawan saya belum sukses adalah karena sukses bukan hal
penting bagi dirinya. Walaupun pikiran sadarnya akan tetap bersikeras
mengatakan bahwa sukses itu penting bagi dirinya, pikiran bawah
sadarnya berpikir hal yang sebaliknya. Saat ia tidak bisa menjawab
mengapa sukses penting bagi dirinya, ini adalah jawaban yang berasal
dari pikiran bawah sadarnya. Dan dari penelitian diketahui bahwa
besarnya pengaruh pikiran bawah sadar terhadap diri manusia adalah
sebesar 90% dan pikiran sadar hanya 10%.

Kawan saya tidak fokus untuk mengejar impiannya. Ia mudah sekali
goyah dan berubah arah. Sesuatu yang dikerjakan tidak dengan fokus
yang kuat tentu tidak akan bisa memberikan hasil maksimal. Sama
seperti kaca pembesar. Kita dapat menggunakan kaca pembesar untuk
membakar kertas dengan cara memfokuskan sinar matahari menjadi satu
titik. Hal ini tidak mungkin bisa dicapai bila sebentar-sebentar kita
menggerak-gerakkan kaca pembesar itu, naik turun, dan mengubah fokus.
Motivasi untuk mempertahankan fokus ditentukan oleh seberapa penting,
menurut pikiran kita, kita perlu membakar kertas itu.

Setelah mendengarkan penjelasan ini kawan saya akhirnya hanya bisa
manggut-manggut. Ia lalu bertanya, "Kalau boleh tahu, anda dapat
informasi ini dari sumber mana ? Apa ada buku yang menjelaskan hal
ini ?". "Sudah tentu ada. Ada buku sangat bagus yang akan segera
terbit. Buku ini ditulis oleh pengarang terkenal yang telah
menghasilkan dua buku best seller", jawab saya. "Apa judul bukunya
dan siapa nama penulisnya ?", kejar kawan saya sambil bersiap-siap
mencatat. "Catat baik-baik ya. Buku ini akan terbit bulan Agustus
2005, judulnya Manage Your Mind For Success. Penulisnya adalah Adi W.
Gunawan dan Ariesandi Setyono", jawab saya. "Ah, dasar. Ditanya
serius koq malah guyon", jawab kawan saya agak kesel. "Eh, saya ini
serius lho. Bulan depan buku Manage Your Mind For Success akan
terbit. Ini draft final yang sedang saya koreksi sebelum saya
kirimkan ke penerbit", jawab saya dengan serius sambil menunjukkan
draft tersebut. "Lho, kamu sungguh-sungguh ya. Saya kira tadi
guyonan. Kalau begitu saya catat ya judulnya", jawab kawan saya
lagi. "Oh ya, satu hal lagi, bulan depan yang terbit bukan cuma satu
buku. Bulan depan juga akan terbit buku saya yang keempat yang
berjudul Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan ?" , saya
menambahkan. "Edan ! Bagaimana kamu bisa sempat-sempatnya nulis dua
buku padahal jadwalmu begitu padat ?", tanyanya dengan penuh
penasaran. "Ini semua karena motivasi dan fokus. Saya termotivasi dan
bisa tetap fokus karena bagi saya menulis buku adalah bagian dari
proses aktualisasi diri. Dan saya sangat ingin untuk bisa membantu
orang lain melalui karya saya. The secret of living is giving", jawab
saya mengakhiri diskusi kita.

Kawan saya pulang dengan hati senang. Saya juga senang karena
berhasil membantu seorang kawan mendapatkan suatu pemahaman yang
benar, yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi hidupnya. Saya lebih
senang karena sekali lagi berhasil menyesatkan orang ke jalan yang
benar.

Sumber: Life Value : The Source of Motivation oleh Adi W. Gunawan.

Comments: Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]